Sabtu, 17 Maret 2012

Ketupat Menurut Filosofi Jawa

Lebaran merupakan hari kemenangan bagi umat muslim di dunia setelah menjalankan ibadah puasa selama 1 bulan. Perayaan lebaran dilaksanakan pada 1 Syawal. Saat lebaran, ada satu kebiasaan atau tradisi yang tidak pernah absen dalam budaya Indonesia, yaitu ketupat. Ketupat merupakan makanan tradisional yang terbuat dari beras.

Ketupat biasanya dihidangkan dengan sajian opor ayam yang semakin menambah citarasa lezat. Bagaimana tidak, setelah menahan lapar atau berpuasa selama 1 bulan, ketupat ibarat hidangan pamungkas atau hidangan kemenangan umat Islam. Lebaran tanpa hidangan ketupat akan terasa hambar. Istilahnya, bagai sayur tanpa garam.


Salah satu masyarakat yang sangat mengenal ketupat adalah masyarakat Jawa. Masyarakat Jawa menyebut ketupat dengan nama “kupat”. Ketupat merupakan salah satu jenis makanan yang terbuat dari beras dan dimasukkan ke dalam anyaman pucuk daun kelapa atau janur. Pucuk daun kelapa itu dianyam hingga berbentuk kantong.


Setelah dimasukkan ke dalam kantong, ketupat ditanak dan disajikan sebagai makanan pengganti nasi. Ketupat memiliki filosofi dan asal usul tentang budaya Timur, Indonesia. Sebagai karya budaya, ketupat berhubungan dengan sebuah karya yang menghasilkan bentuk beraneka ragam.


Selain sebagai sebuah karya, ketupat merupakan simbol yang memiliki makna dan pesan mengenai kebaikan. Berikut ini merupakan pesan atau filosofi ketupat bagi masyarakat Jawa.


Ketupat merupakan makanan yang terbuat dari beras dibungkus pucuk daun kelapa atau janur. Beras dianggap sebagai simbol nafsu dunia, sedangkan janur melambangkan hati nurani. Dengan demikian, ketupat memiliki makna nafsu dunia yang bisa ditutupi oleh hati nurani. Secara singkat, boleh dikatakan bahwa setiap manusia harus mampu mengendalikan diri, menutup nafsu dunia dengan hati nurani.


Menurut masyarakat Jawa, kupat berarti engaku lepati atau mengakui kesalahan. Mengakui kesalahan merupakan sebuah tindakan yang lazim dilakukan ketika lebaran atau 1 Syawal. Hal itu diimplentasikan dengan meminta maaf serta memaafkan kesalahan-kesalahan orang, seperti keluarga, teman-teman, dan tetangga.


Ketupat sangat berkaitan erat dengan lebaran yang diadakan setiap 1 Syawal. Kupat dalam hal ini dapat diartikan sebagai empat tindakan atau elaku papati. Empat tindakan atau laku papat ini, meliputi lebaran, luberan, leburan, dan laburan.

Lebaran berasal dari kata lebar yang berarti ‘selesai’. Ini berarti bahwa 1 Syawal merupakan selesainya waktu puasa sehingga disebut lebaran.Luberan berarti ‘melimpah’ bagaikan air dalam tempayan yang isinya melimpah. Hal ini merupakan simbol untuk bersedekah atau membagikan sebagian harta kepada fakir miskin dengan ikhlas.Leburan berarti ‘habis’ sehingga semua kesalahan atau dosa melebur dan lepas dengan saling memaafkan.Labur atau kapur merupakan bahan yang berguna untuk memutihkan dinding. Kapur merupakan simbol agar manusia selalu menjaga dan memelihara kebersihan diri lahir dan batin.

Jadi, setelah melaksanakan empat tindakan tersebut, manusia diharapkan selalu menjaga sikap serta tindakan yang baik dan tidak menyimpang dari anjuran agama. Perilaku baik dapat mencerminkan pribadi yang baik pula. Manusia juga dianjurkan untuk menjaga silaturahmi dengan bersedekah dan memaafkan kesalahan orang lain serta mau meminta maaf atas kesalahan.


Itulah beberapa filosofi ketupat bagi masyarakat Jawa. Semoga artikel ini menambah pengetahuan Anda! Satu hal yang tidak boleh dilupakan adalah ketupat merupakan karya seni dan budaya asli Indonesia, terutama umat Islam.

Beri rating untuk artikel di atas Buruk sekali Kurang Biasa Bagus Bagus sekali



View the original article here