Selasa, 24 April 2012

Tips Latihan Puasa untuk Anak

Bagi umat Islam, puasa merupakan sebuah ibadah yang dilakukan secara berkala. Ketentuan puasa bagi umat Islam diatur berdasarkan jenis puasanya. Namun apapun jenis puasanya, dalam agama Islam, puasa dilakukan mulai adzan Subuh hingga adzan Maghrib.


Ada banyak jenis puasa yang biasa dilakukan oleh umat Islam, yakni puasa Senin–Kamis, puasa Daud, puasa Ramadhan, puasa Syawal, puasa Arafah, puasa Sa’ban, puasa Hajat, dan puasa Nazar.


Puasa Senin–Kamis dilakukan pada hari Senin dan Kamis. Puasa ini merupakan puasa sunah. Bagi mereka yang menjalankannya, puasa Senin – Kamis dianggap puasa yang paling pas sebab lima hari kemudian selain hari Senin dan Kamis, mereka bisa melakukan aktivitas makan dan berhubungan badan di siang hari.


Puasa Senin–Kamis merupakan jenis puasa yang bersahabat dengan manusia. Mereka masih bisa melakukan puasa di hari tertentu dan tidak memberatkan. Puasa Senin – Kamis baiknya dilakukan sepanjang tahun. Namun jika tidak kuat, sebaiknya dilakukan selama satu bulan atau dua bulan tanpa henti.


Puasa Daud ialah puasa yang dilakukan mengikuti apa yang dilakukan oleh Nabi Daud. Nabi Daud melakukan puasa dengan cara seling sehari. Satu hari puasa, dan hari berikutnya (besoknya) tidak, dan lusanya puasa lagi, begitu seterusnya.


Misalnya puasa dimulai hari senin, maka selasa tidak puasa, dan rabu puasa kembali. Begitu seterusnya dilakukan secara seling satu hari. Puasa Daud ini disunahkan dilakukan selama dua bulan berturut-turut. Jika dikumulatifkan, jumlahnya akan setara dengan puasa selama satu bulan di bulan Ramadhan, yakni puasa satu bulan penuh. Puasa Senin – Kamis atau Daud bisa dilakukan pada bulan apa saja, asalkan bukan merupakan hari Tasyrik yakni tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijah.


Puasa Ramadhan dilakukan pada bulan Ramadhan. Puasa Ramadhan ini dilakukan selama sebulan penuh. Jika puasa Senin–Kamis dan Daud atau puasa lainnya merupakan puasa sunah, lain halnya dengan puasa Ramadhan. Puasa Ramadhan merupakan puasa wajib bagi seluruh umat Islam.


Jika seseorang meninggalkan puasa Ramadhan secara sengaja maka hukumnya ialah dosa. Namun jika meninggalkan puasa karena sakit atau menjalani perjalanan panjang, maka ia boleh menggantinya atau membayar puasanya setelah bulan Ramadhan.


Cara membayar puasa Ramadhan ialah dengan berpuasa selama hari yang kita tinggalkan untuk puasa di bulan Ramadhan. Bisa juga membayarnya dengan membebaskan budak belian atau memberi makan fakir miskin.


Puasa Syawal dilakukan setelah Idul Fitri, yakni di bulan Syawal. Puasa Syawal sudah boleh dilakukan pada tanggal 2 Syawal. Lamanya puasa Syawal yakni selama enam hari. Puasa Syawal hanya bisa dilakukan pada bulan Syawal.


Pelaksanaannya bisa selama enam hari berturut-turut atau tidak, yang pasti harus masih dalam bulan Syawal. Pahala orang yang berpuasa di bulan Syawal sama dengan berpuasa selama satu tahun penuh.


Puasa Arafah dilakukan saat para calon haji melakukan wukuf di padang Arafah. Orang yang melakukan puasa Arafah sama dengan melakukan wukuf di padang Arafah. Puasa Arafah ini dilakukan pada tanggal 9 Dzulhijah namun ada pula yang berpuasa sejak tanggal 8 Dzulhijah.


Puasa Sa’ban ialah puasa yang dilakukan pada bulan Sa’ban. Bulan Sa’ban ialah bulan sebelum Ramadhan. Puasa di bulan Sa’ban ini biasa dilakukan 3 hari berturut-turut sebelum dilakukannya puasa Ramadhan. Ada pula yang melakukan puasa Sa’ban di hari Senin–Kamis.


Di bulan Sa’ban, tak hanya puasa yang dianjurkan namun amalan ibadah lainnya dianjurkan untuk dilakukan dan digiatkan juga. Puasa Sa’ban dilakukan untuk melatih diri menghadapi puasa Ramadhan selama satu bulan penuh.


Puasa Hajat ialah puasa yang dilakukan karena menginginkan sesuatu. Seseorang melakukan puasa karena memiliki keinginan. Melalui puasa, insya Allah keinginannya akan dikabulkan oleh Allah SWT sebab doa orang yang berpuasa paling didengar Allah SWT.


Sementara puasa Nazar dilakukan sebagai bayaran atau janji atas sesuatu. Biasanya seseorang berjanji jika dikabulkan doanya, maka ia akan berpuasa selama sekian hari. Untuk nazar ini, tidak hanya puasa yang bisa dilakukan. Nazar atau janji bisa juga dalam hal lain, misalnya bernazar memakai jilbab, memberi makan anak yatim, bersedekah, atau lainnya jika keinginannya terpenuhi.


Puasa, apapun jenisnya, sejatinya melatih diri untuk lebih taqwa kepada Tuhan dan melatih daya empati kita terhadap sesama yang kekurangan makanan atau miskin. Puasa pun berfungsi sebagai pembersihan diri dari zat-zat kotor yang ada dalam tubuh.


Ibadah puasa dibagi ke dalam tiga tingkatan, yaitu sebagai berikut.

Puasanya orang awam (shaum al-'umum), yaitu puasa yang dilakukan hanya sebatas menahan diri dari ha-hal yang membatalkan puasa, misalnya makan dan minum. Puasanya orang khusus (shaum al-khusus), puasa ini dilakukan tidak hanya menahan diri dari hal yang membatalkan puasa, tetapi juga berpuasa dari panca indera serta seluruh badan dari segala bentuk dosa.Puasanya orang istimewa, super khusus (shaum khusus al-khusus), selain menahan diri dari hal-hal yang membatalkan dosa dan berpuasa dari panca indera, hati nurani pun ikut berpuasa dalam tingkatan puasa ini, yakni tidak memikirkan masalah keduniaan. 

Ibadah puasa Ramadhan yang wajib dilaksanakan oleh setiap mu’min merupakan ibadah yang ditujukan untuk menghamba kepada Allah. Hikmah dari ibadah puasa adalah melatih setiap manusia untuk sabar menjalani kehidupan. Sabar di sini adalah gigih dan ulet seperti yang tertera dalam Q.S. Ali ‘Imran: 146. 


Perintah ibadah puasa lebih menekankan ke dalam aktivitas sendi-sendi kehidupan, yaitu kemampuan kita dalam menahan hawa nafsu, termasuk makan dan minum. Salanjutnya, kita menjalankan keinginan Allah sepenuhnya sehingga kita dapat meraih taqwa. Perintah puasa jatuh di Kota Madinah ketika kondisi umat Islam waktu itu baru saja hijrah dari Mekkah karena ditekan dari berbagai sisi kehidupan. Namun, di saat inilah terlihat sifat kesabaran, tidak lemah, tidak lesu, dan pantang mundur,dan semangat umat Islam untuk bangkit menyebarkan Islam ke seluruh wilayah. 


Waktu haram puasa merupakan waktu atau hari ketika umat Islam dilarang berpuasa. Hikmahnya yaitu saat semua orang bergembira, seseorang itu harus ikut bersama merayakan kegembiraannya. Waktu-waktu haram puasa di antaranya adalah sebagai berikut.


Hari Raya Idul Fitri ditetapkan pada tanggal 1Syawal dan merupakan hari kemenangan yang harus dirayakan secara bergembira. Oleh karena itu, syariat sudah mengatur bahwa umat Islam tidak diperbolehkan berpuasa. Umat Islam harus membatalkan pasanya dan tidak berniat untuk melakukan ibadah puasa. 


Hari Raya Idul Adha jatuh pada tanggal 10 Zulhijjah dan hari itu umat Islam diharamkan untuk melakukan ibadah puasa. Umat Islam disunnahkan menyembelih hewan qurban serta membaginkannya kepada orang miskin, kerabat, dan keluarga. Tujuannya adalah agar semuanya dapat merasakan kegembiraan dan marayakan hari raya kedua bagi umat Islam tersebut. 


Tanggal 11, 12, dan 13 bulan Zulhijjah merupakan hari tasyrik. Umat Islam dilarang puasa pada ketiga hari tersebut karena masih dalam suasana perayaan Hari Raya Idul Adha. Tapi, ada juga yang berpendapat puasa pada hari tasyrik hukumnya makruh. 


View the original article here